Paketdigital.com – AMERIKA – Sebagian besar produksi iPhone pada waktu ini masih berada di area China, yang dimaksud terkena tarif sebesar 54%. Jika tarif ini tetap memperlihatkan berlaku, Apple dihadapkan pada pilihan sulit: menanggung beban biaya tambahan yang tersebut signifikan atau mengalihkan biaya yang dimaksud terhadap konsumen melalui kenaikan harga.
Saham Apple sendiri sudah menunjukkan reaksi negatif terhadap kemungkinan pemberlakuan tarif ini, dengan penurunan sebesar 9,3% pada Kamis pekan lalu, yang dimaksud merupakan penurunan harian terburuk sejak Maret 2020.
Apple mengirimkan lebih tinggi dari 220 jt unit iPhone setiap tahunnya, dengan lingkungan ekonomi utama meliputi Amerika Serikat, China, serta Eropa.
Dampak pada Daya Beli Pelanggan juga Persaingan Pasar
Kenaikan tarif yang signifikan berpotensi menurunkan permintaan terhadap iPhone di area pasar-pasar utama. Angelo Zino, analis ekuitas di area CFRA Research, berpendapat bahwa Apple akan kesulitan untuk mengalihkan lebih tinggi dari 5% hingga 10% biaya terhadap konsumen mengingat kondisi pangsa ketika ini.
“Kami memperkirakan Apple akan menahan kenaikan tarif yang tersebut signifikan pada ponsel hingga peluncuran iPhone 17 pada musim gugur mendatang, akibat ini adalah cara dia biasanya menangani kenaikan tarif yang digunakan direncanakan,” jelas Zino.
Di sisi lain, kebijakan tarif ini dapat memberikan keuntungan kompetitif bagi Samsung Electronics, yang dimaksud menghadapi tarif impor lebih tinggi rendah ke Amerika Serikat dibandingkan dengan China.
Tantangan Rantai Pasok kemudian Alternatif Produksi
Meskipun Apple sudah pernah melakukan diversifikasi rantai pasoknya ke negara-negara seperti Vietnam serta India, sebagian besar produksi iPhone masih bergantung pada prasarana dalam China. Negara-negara alternatif ini juga bukan luput dari tarif, dengan Vietnam dikenakan tarif 46% dan juga India 26%. Menurut Neil Shah, salah satu pendiri Counterpoint Research, Apple setidaknya perlu meningkatkan harga jual rata-rata sebesar 30% untuk mengkompensasi bea masuk.
Ketidakpastian Kebijakan lalu Kemungkinan Negosiasi
Barton Crockett dari Rosenblatt Securities menambahkan bahwa negosiasi antara Apple, pemerintah China, serta Gedung Putih kemungkinan akan terjadi.
“Sulit bagi kami membayangkan Trump menghancurkan ikon Amerika seperti Apple… tetapi situasinya terlihat cukup sulit.”
Hingga pada waktu ini, Apple belum memberikan komentar resmi terkait kemungkinan dampak tarif ini. Banyak konsumen dalam Amerika Serikat membeli iPhone melalui kontrak jangka waktu dua atau tiga tahun dengan penyedia layanan seluler, yang tersebut mungkin saja sedikit meredam dampak dengan segera kenaikan tarif pada awal.
Tantangan Tambahan: Stagnasi Permintaan Akibat Fitur yang digunakan Kurang Menggugah
Selain ancaman tarif, Apple juga menghadapi tantangan lain berbentuk stagnasi permintaan iPhone dalam pasar-pasar utamanya. Fitur-fitur kecerdasan buatan (AI) terbaru yang tersebut diperkenalkan Apple, seperti kemampuan merangkum notifikasi, menulis ulang email, dan juga mengakses Asisten Percakapan GPT melalui Apple Intelligence, dinilai oleh beberapa ahli belum memberikan alasan yang mana cukup kuat bagi konsumen untuk melakukan upgrade ke model yang tersebut lebih tinggi baru.
Stagnasi permintaan ini dapat semakin menekan margin keuntungan Apple, khususnya apabila biaya produksi meningkat akibattarifimpor.