Indonesia Gabung Jadi Anggota Penuh BRICS, Dominasi Dolar di Bahaya?

Photo of author

By Gusun Fawaida

Paketdigital.com – JAKARTA – Indonesia sudah pernah resmi bergabung dengan kelompok negara-negara mengalami perkembangan BRICS , sebuah langkah yang tersebut dilihat sebagai strategi tambahan luas untuk meningkatkan kolaborasi pada antara negara-negara tumbuh kemudian mengimbangi dominasi Barat.

Pengumuman ini disampaikan oleh Brasil sebagai ketua BRICS pada waktu ini, pada Hari Senin (6/1), lalu DKI Jakarta mengukuhkan keanggotaannya pada Selasa (7/1). Negara-negara pendiri BRICS, yang digunakan terdiri dari Brasil, Rusia, India, China, juga Afrika Selatan terus memperluas pengaruhnya di dalam kancah global.

Kementerian Luar Negeri Indonesia memuji keanggotaan ini sebagai sebuah langkah strategis untuk membina kerja sejenis dengan negara-negara berprogres dengan prinsip-prinsip kesetaraan, saling menghormati serta perkembangan berkelanjutan. Kemenlu RI juga menyampaikan rasa terima kasih terhadap Rusia sebagai ketua BRICS tahun lalu, menghadapi dukungannya di memfasilitasi keanggotaan Indonesia.

Komitmen terhadap Reformasi Global

Kementerian Luar Negeri Brasil menegaskan bahwa Indonesia memiliki visi yang digunakan serupa dengan blok yang dimaksud di mereformasi institusi pemerintahan global lalu memajukan kerja mirip di area negara-negara belahan selatan. Permohonan keanggotaan Indonesia telah dilakukan disetujui pada KTT Johannesburg 2023.

Kelompok ini, yang dimaksud awalnya dinamai “BRIC” oleh pribadi ekonom Goldman Sachs pada tahun 2001, secara resmi terbentuk pada 2009, dengan Afrika Selatan bergabung pada tahun berikutnya. Ekspansi baru-baru ini telah terjadi mencakup Iran, Mesir, Ethiopia, juga UEA, yang menyoroti daya tarik blok ini yang tersebut semakin meningkat di area antara negara-negara berkembang.

Mendorong Dedolarisasi

BRICS semakin memposisikan dirinya sebagai alternatif dari kerangka kerja sektor ekonomi Barat, dengan fokus untuk mengempiskan ketergantungan pada dolar Amerika Serikat pada perdagangan internasional.

Proposal untuk mata uang bersatu sudah pernah mendapatkan daya tarik di dalam antara para anggota, dengan Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva berazam untuk memajukan mekanisme pembayaran, yang mana memfasilitasi perdagangan intra-BRICS selama masa kepresidenannya.

Langkah ini telah terjadi menuai kritik tajam dari negara-negara Barat, dengan Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump mengancam akan mengenakan tarif yang mana tinggi terhadap negara-negara BRICS apabila merek meninggalkan dolar pada operasi perdagangan.

Dalam Kongres Taraf Tinggi (KTT) BRICS 2024 dalam Rusia semakin menunjukkan ambisi aliansi ini meninggalkan dolar AS. Kehadiran Menteri Luar Negeri RI Sugiono dalam KTT yang dimaksud menandakan kehendak Indonesia pada upaya itu.

KTT dalam Kazan pada 22-24 Oktober 2024 itu menyepakati Deklarasi Kazan. “Kami menugasi para Menteri Keuangan serta Gubernur Bank Sentral untuk terus memmpertimbangkan penerbitan mata uang lokal, perangkat pembayaran dan juga pembayaran,” demikian tercantum pada pemberitahuan itu.

Leave a Comment