Paketdigital.com – Kekalahan 0-1 dari Filipina pada laga terakhir Grup B Piala AFF 2024 di area Stadion Manahan, Solo, Hari Sabtu (21/12/2024), menjadi catatan pahit bagi Timnas Indonesia. Gol tunggal Filipina dicetak Bjorn Martin Kristensen melalui titik putih pada menit ke-63. Hasil ini memproduksi Indonesia gagal melangkah ke semifinal untuk kelima kalinya sepanjang sejarah keikutsertaan merek dalam Piala AFF.
Tim asuhan Shin Tae-yong belaka mampu finis di dalam peringkat ketiga Grup B, di dalam bawah Vietnam juga Filipina. Vietnam sendiri memverifikasi status juara grup usai mengalahkan Myanmar dengan skor telak 5-0. Prestasi ini menjadi yang terburuk bagi instruktur dengan syarat Korea Selatan itu selama menukangi Timnas Indonesia di area Piala AFF, setelahnya sebelumnya menyebabkan skuad Garuda menjadi runner-up pada 2020 juga semifinalis pada 2022.
Rentetan Gagal ke Semifinal
Sepanjang sejarah keikutsertaan pada Piala AFF, Indonesia telah lima kali gagal mencapai putaran semifinal, yakni pada edisi 2007, 2012, 2014, 2018, dan juga sekarang ini 2024. Padahal, event ini terus-menerus menjadi panggung harapan besar untuk meraih gelar kejuaraan pertama yang mana belum pernah diraih sejak pertandingan bergulir pada 1996.
Timnas Indonesia memang sebenarnya konsisten mengikuti setiap edisi Piala AFF, namun belum pernah berhasil meninggalkan sebagai juara. Enam kali kedudukan runner-up, yakni pada 2000, 2002, 2004, 2010, 2016, dan juga 2020, menunjukkan betapa dekatnya pasukan Merah Putih dengan trofi, namun masih sangat jauh dari genggaman.
Kritik untuk Shin Tae-yong
Pengamat sepak bola Akmal Marhali menilai kegagalan Indonesia pada Piala AFF 2024 tidak sepenuhnya kesalahan pemain. Ia menyoroti peran ahli Shin Tae-yong yang dinilai gagal pada mengambil tindakan lalu strategi.
“Pemain jangan di-bully. Mereka telah menunjukkan perjuangan luar biasa. Pelatih lah yang mana harus bertanggung jawab melawan kegagalan ini, termasuk pada mengambil langkah serta strategi,” kata Akmal.
Menurut Akmal, pengalaman dan juga kedewasaan Filipina menjadi pembeda dalam laga ini. “Pemain kita bukan kalah secara teknik, tetapi mereka itu (Filipina) lebih besar matang juga tahu cara menang. Hal ini yang dimaksud belum kita miliki pada waktu ini,” tambahnya.
Akmal juga menggarisbawahi pentingnya kombinasi pemain divisi junior kemudian senior seperti yang digunakan diterapkan Thailand, juga optimalisasi pemain yang dimaksud berkarier di dalam luar negeri, seperti Filipina. “Regenerasi harus lebih besar matang. Pemain muda kita terbebani untuk menggantikan seniornya. Hal ini pelajaran besar yang harus diambil,” tegasnya.
Meski demikian, Akmal tetap saja memberikan semangat untuk pemain muda Indonesia agar tak patah semangat menghadapi masa depan.
Piala AFF 2024 menambah panjang daftar kegagalan Timnas Indonesia di tempat kancah ASEAN. Harapan besar untuk mengangkat trofi pertama kembali pupus, lalu tekanan pada masa kini semakin besar untuk memperbaiki rekam jejak di tempat edisi-edisi mendatang.
Sebagai catatan, Piala AFF edisi ke-16 akan dijalankan pada 2026. Apakah Indonesia mampu bangkit dari kegagalan ini juga mematahkan rekor buruk mereka itu dalam ASEAN? Waktu yang dimaksud akan menjawab.