Mengenal Ibnu Batuttah, Backpacker Legend Muslim Abad ke-14

Photo of author

By Dina Nabila

Paketdigital.com – JAKARTA – Ibnu Batutah merupakan penjelajah Muslim abad pertengahan terhebat dan juga penulis salah satu buku perjalanan paling terkenal, Riḥlah (Perjalanan).

Karya besar Ibnu Baitutah menggambarkan perjalanannya yang luas meliputi 75.000 mil (120.000 km) perjalanan ke hampir semua negara Muslim kemudian sejauh China kemudian Sumatra.

Awal Perjalanan Ibnu Batutah

Dikutip britannica, Ibnu Batutah berasal dari keluarga yang menghasilkan kembali beberapa hakim Muslim (qadi). Tokoh kelahiran Tangier, Maroko pada 24 Februari 1304 ini menerima sekolah hukum kemudian sastra tradisional di tempat kota asalnya, Tangier.

Pada 1325, di dalam usia 21 tahun, beliau memulai perjalanannya dengan menunaikan ibadah haji ke Mekkah. Awalnya, tujuannya adalah untuk memenuhi kewajiban agama serta memperluas sekolah dengan belajar dalam bawah bimbingan para ulama terkenal pada Mesir, Suriah kemudian Hejaz (Arab Barat).

Keberhasilannya di mencapai tujuan yang disebutkan dibuktikan dengan banyaknya nama ulama kemudian sufi (ahli mistik Islam) yang mana ditemuinya, dan juga daftar ijazah yang mana dianugerahkan kepadanya, khususnya pada Damaskus.

Studi-studi yang dimaksud membuatnya memenuhi persyaratan untuk menduduki jabatan peradilan, sedangkan klaim sebagai mantan murid para ahli terkemuka di ilmu-ilmu Islam tradisional pada waktu itu sangat meningkatkan peluangnya lalu membuatnya menjadi tamu terhormat di tempat sejumlah istana.

Mengenal Ibnu Batuttah, Backpacker Legend Muslim Abad ke-14

Namun, ketenaran itu menyusul kemudian. Di Mesir, tempat ia tiba melalui jalur darat melalui Tunis juga Tripoli, hasrat yang tak tertahankan untuk bepergian muncul di jiwanya. Dia pun memutuskan untuk mengunjungi sebanyak mungkin saja belahan dunia dengan menetapkan aturan “tidak akan pernah menempuh jalan mana pun untuk kedua kalinya.”

Sementara, orang-orang sezamannya bepergian untuk alasan praktis, seperti berdagang, berziarah juga pendidikan. Namun, tidaklah dengan Ibnu Batuta. Dia melakukan perjalanan demi kesenangan diri sendiri, demi kegembiraan mempelajari negara-negara juga rakyat baru.

Ibnu Batutah mencari nafkah dari hal itu, awalnya ia mendapat keuntungan dari statusnya sebagai ilmuwan, kemudian dari ketenarannya yang mana semakin meningkat sebagai manusia pengembara.

Ia menikmati kemurahan hati kemudian kebaikan hati dari berbagai sultan, penguasa, gubernur kemudian pejabat tinggi pada negara-negara yang digunakan dikunjunginya sehingga memperoleh penghasilan yang digunakan memungkinkannya untuk melanjutkan pengembaraannya.

Dari Kairo, Ibnu Batutah berangkat melalui Mesir Hulu ke Laut Merah, kemudian kembali lalu mengunjungi Suriah. Di sana beliau bergabung dengan kafilah menuju Mekkah. Setelah menyelesaikan ziarah pada 1326, ia menyeberangi Gurun Arab ke Irak, Iran selatan, Azerbaijan, dan juga Baghdad.

Leave a Comment