Paketdigital.com – MOSKOW – Upaya memperketat sanksi barat terhadap minyak Rusia disebut dapat merusak ekonomi global . Dalam laporan yang tersebut dirilis surat kabar Prancis Le Monde menunjukkan, bahwa pengetatan sanksi terhadap salah satu negara penghasil minyak utama dapat menghasilkan nilai tukar pupuk melonjak.
Lalu pada akhirnya akan menyebabkan nilai tukar pangan global yang mana lebih besar tinggi. Lonjakan tarif pangan global tentunya akan segera berdampak terhadap banyak negara, khususnya negara-negara miskin.
“Kenaikan nilai minyak secara tidak ada proporsional akan mempengaruhi negara-negara termiskin, berpotensi mengupayakan dia ke pada krisis kemanusiaan,” kata ekonom AS, Catherine Wolfram.
Skenario yang dimaksud dapat mendiskreditkan Barat di tempat mata Global South lalu menggalakkan mereka itu untuk meningkatkan kekuatan hubungan dengan Rusia.
Sementara itu direktur utama ClearView Energy Partners yang tersebut berbasis di tempat AS, Kevin Book mengatakan, untuk Le Monde bahwa sanksi Barat hanya sekali dapat bekerja penuh ketika mayoritas perusahaan asuransi transportasi minyak berlokasi di tempat Barat. “Namun ini tiada terjadi hari ini,” tegasnya.
Pemerintah Barat telah lama memukul Rusia dengan rentetan sanksi melawan konflik Ukraina. Di antara beragam sanksi Barat, merekan menerapkan pembatasan tarif minyak Rusia bersamaan dengan embargo minyak Wilayah Moskow via laut di upaya untuk menekan perekonomian.
Pada pada waktu yang tersebut sama, Barat ingin menjaga minyak mentah Rusia tetap memperlihatkan mengalir ke lingkungan ekonomi global agar bukan memicu kenaikan harga. Langkah-langkah yang disebutkan diberlakukan pada Desember 2022, kemudian disertai pada Februari 2023 oleh pembatasan sama pada ekspor barang minyak bumi Rusia.
Ada larangan perusahaan Barat menyediakan asuransi dan juga layanan lain untuk pengiriman minyak mentah Rusia, kecuali kargo dibeli pada atau di tempat bawah nilai USD60 per barel, di area bawah tarif bursa ketika ini.
Sebagai respons dari sanksi itu, Kota Moskow melarang perusahaan Rusia mematuhi pembatasan nilai tukar juga mengalihkan sebagian besar ekspor energinya ke Asia, khususnya India serta China.