JAKARTA – Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir dengan dengan pimpinan lainnya menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) di tempat Istana Kepresidenan, Jakarta. Dalam pertemuan itu, pimpinan Muhammadiyah menyampaikan sebagian hal penting.
“Ketika dulu awal Pak Presiden menjabat tahun 2014, kami juga bersilaturahmi, kemudian pada akhir periode pada tahun ke-10 ini juga kami silaturahmi untuk menyampaikan penghargaan, penghormatan, serta terima kasih PP Muhammadiyah pada Presiden Joko Widodo yang dimaksud sama-sama Kabinet dan juga jajaran pemerintahan,”kata Haedar di dalam Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Selasa (17/9/2024).
“Dalam dua periode ini bekerja sejenis saling membantu untuk program-program Muhammadiyah di dalam bidang pendidikan, kesehatan, sosial, ekonomi, lalu berbagai acara lain yang mana alhamdulillah berjalan dengan baik,” sambungnya.
Menurut Haedar, program-program Muhammadiyah yang bekerja sebanding dengan pemerintah dinilai cukup positif khususnya dalam kawasan Papua, hingga NTT.
“Jadi, itu tradisi yang digunakan memang benar harus kita kembangkan di hidup kebangsaan kita, di tempat mana keragaman latar belakang, keragaman pilihan politik, keragaman pada menghadapi dinamika hidup kebangsaan yang dimaksud memang benar setiap saat muncul pada setiap perkembangan hidup bernegara, itu tiada menurunkan kita untuk terus menjalin persatuan, komunikasi, serta saling menghargai,” jelasnya.
Muhammadiyah, kata Haedar, juga mengapresiasi program-program infrastruktur dan juga berbagai inisiatif yang dimaksud dikembangkan oleh Presiden Jokowi termasuk pembangunan Ibu Perkotaan Nusantara (IKN).
“Kami tadi berdiskusi bagaimana ke depan Indonesia harus juga mengembangkan sumber daya manusia yang dimaksud berkarakter Indonesia, tapi juga penguasaan scientific yang digunakan tinggi kemudian berdaya saing,” kata Haedar.
Haedar berharap pemerintah lalu Muhamadiyah dapat bekerja sejenis di menimbulkan langkah strategis untuk sanggup sumber daya manusia (SDM). Menurutnya, human development index, daya saing kemudian juga IQ bangsa Indonesia ketika ini masih tertinggal. “Sehingga perkembangan fisik infrastruktur lalu sistem kita berbangsa-bernegara itu kemudian terintegrasi dengan pengembangan SDM-nya,” ungkapnya.