Mau Bentuk Family Office, Luhut Berkumpul Ray Dalio yang Hartanya Tembus Rp239 Ribu Miliar

Photo of author

By Amirah Rahimah

JAKARTA – Menteri Koordinator Lingkup Kemaritiman kemudian Pengembangan Usaha (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menemui individu filantropis kemudian founder Hedge Fund atau manajer penanaman modal terbesar dalam dunia, Ray Dalio di tempat Bali, Mingguan (1/9/2024).

Ray adalah founder dari Hedge Fund terbesar di dalam dunia, Bridgewater Associates, yang mana menjalankan dana sebesar USD124 miliar. Ray sendiri merupakan orang terkaya dunia urutan ke 124 berdasarkan Forbes tahun 2024, dengan nilai kekayaan sebesar USD15,4 miliar atau setara Rp239,18 triliun

“Saya berharap dari diskusi dengannya kali ini, mampu memotivasi kami sebagai pemerintah untuk mengedepankan inovasi, hal itu demi menciptakan masa depan yang tersebut tambahan baik bagi generasi mendatang,” kata Luhut pada keterangan resmi.

Menko Luhut menjelaskan bahwa Ray memperkenalkan pandangan mengenai kebijakan family office. Hal ini diperlukan lantaran Ray Dalio dianggap telah terjadi memiliki pengalaman di merancang family office di area Abu Dhabi kemudian Singapura. Selain itu, Menko Luhut juga berdiskusi masalah kolaborasi global kemudian dedikasi pada pengetahuan terhadap peluang-peluang baru.

“Ia akan membagikan pandangan tentang inovasi perekonomian global dalam masa depan. Ray juga terlibat memberikan pandangannya tentang perkembangan sektor ekonomi global di dalam berbagai forum, serta menjadi penasehat bagi para pembuat kebijakan di dalam berbagai negara, seperti UAE lalu Saudi Arabia,” Jelas Menko Luhut.

Sebelumnya, Luhut membeberkan tujuan otoritas mendirikan family office di dalam Indonesia. Menurutnya, ketika ini ada 2 negara dalam Asia yang dimaksud mempunyai family office terbanyak, pertama Singapura yang tersebut memiliki 1.500 family office, kedua Hongkong miliki sekitar 1.400 family office. Banyak uang milik orang-orang kaya yang mana disimpan dalam family office tersebut, hal itu akhirnya berdampak pada pembangunan yang digunakan terjadi di area kedua negara tersebut.

Namun demikian, Luhut menilai ketika ini kedua Negara tersebut, baik Singapura serta Hongkong pada waktu ini sedang mengalami pembaharuan lalu konflik di dalam masing-masing negara. Hongkong mengalami peningkatan tensi Geopolitik, sedang Singapura sedang mengalami inovasi regulasi investasi.

“Namun akhir-akhir ini, peningkatan kondisi geopolitik dalam Hongkong, juga inovasi regulasi penanaman modal dalam Singapura meningkatkan risiko dan juga ketidakpastian investor,” kata Luhut mengutip unggahan yang dibagikan melalui akun instagram pribadinya, (1/7).

Kedua situasi tersebut, baik geopolitika kemudian pembaharuan regulasi, yang digunakan menurutnya bisa jadi berdampak pada iklim penanaman modal pada kedua negara tersebut. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia juga sedang menyiapkan family office yang dimaksud diharapkan mampu menampung limpahan dana dari family office yang dimaksud berada di dalam Singapura serta Hongkong.

Leave a Comment