JAKARTA – Sosok Rano Karno sedang diperbincangkan mendekati Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024. Ia diisukan diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) untuk maju dalam Pilgub DKI Jakarta .
Sebelumnya, Rano Karno disebut-sebut akan menjadi Calon Wakil Gubernur (Cawagub) Ibukota yang berdampingan dengan Anies Baswedan. Namun pada pengumuman calon kepala area (cakada) tahap 3 PDIP, nama keduanya identik sekali tidak ada diumumkan.
Seiring dengan banyaknya prakiraan nama Anies tiada diinformasikan PDIP, belakangan muncul kabar Rano Karno berubah pasangan. Dia kemungkinan dipasangkan dengan kader PDIP senior yang digunakan sekarang ini menjabat sebagai Sekretaris Kabinet Indonesia, Pramono Anung.
Kiprah Rano Karno di area dunia urusan politik terbilang cukup panjang. Pria yang mana pernah memerankan tokoh Si Doel ini memulai kariernya sebagai anggota MPR, lalu terakhir menjadi anggota DPR.
7 Fakta Menarik Rano Karno
1. Terjun ke Politik Tahun 1997
Setelah membintangi film “Si Doel Anak Betawi” di dalam 1972, lalu menyutradarai serial televisi populer “Si Doel Anak Sekolahan” pada 1990, Rano Karno berpamitan dari dunia hiburan nasional pada 1992.
Pada tahun tersebut, pria Betawi asli itu dipercaya duduk di area kursi di dalam Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) hingga 2002. Barulah setelahnya itu ia ditunjuk menjadi Duta Niat Baik UNICEF untuk memasarkan literasi.
Ketika menjabat sebagai anggota MPR, Rano Karno merupakan kader dari Golkar. Namun pasca reformasi, dirinya kemudian beralih ke PDIP.
2. Gagal Jadi Cawagub DKI DKI Jakarta 2007
Sebenarnya, bukanlah kali ini Rano Karno diplot sebagai Cawagub DKI Jakarta. Pada 2007, dirinya mengumumkan apabila ingin berkonsentrasi sebagai Cawagub DKI Jakarta.
Namun mendekati Pilkada, umum dikejutkan munculnya iklan keluarga Si Doel yang digunakan membantu Fauzi Bowo. Hal itu memunculkan ramalan lalu rumor tidak ada sedap, bahwa Rano Karno memilih mundur dari kancah pemilihan gubernur Ibukota pasca menerima uang miliaran rupiah dari Fauzi Bowo.
Namun itu hanyalah rumor serta tiada terbukti kebenarannya. Rumor yang dimaksud juga ditepis oleh kedua belah pihak.
3. Menjadi Wakil Kepala Daerah Tangerang
Setelah batal jadi Cawagub DKI Jakarta, Rano Karno kembali mendapat sorotan pasca ditetapkan sebagai Calon Wakil Kepala Daerah (Cawabup) Tangerang dalam pengujung 2007.
Pada pada waktu itu, Rano Karno diminta mendampingi Calon Pimpinan Daerah Ismet Iskandar pada Pemilihan Kepala Daerah Tangerang 2008. Pasangan ini kemudian terpilih sebagai pemenang kemudian Rano menjadi Wakil Kepala Daerah Tangerang untuk periode 2008–2013.
4. Menjadi Wakil Gubernur Banten
Sebelum masa jabatan berakhir pada 2013, Rano Karno kembali mencalonkan diri menjadi Cawagub Banten mendampingi Ratu Atut Chosiyah. Mereka berdua kemudian sukses menjadi wajah pemimpin Banten yang tersebut baru berdasar perhitungan KPUD Banten pada 30 Oktober 2011.
Pasangan Atut-Rano Karno mengalahkan pasangan nomor urut 2 Wahidin Halim-Irna Narulita kemudian nomor urut 3 Jazuli Juwaini-Makmun Muzakki.
5. Ditunjuk Jadi Plt Gubernur Banten
Pada 2014, Ratu Atut Chosiyah yang digunakan masih berpartisipasi menjabat sebagai Gubernur harus nonaktif pasca terlibat tindakan hukum suap pilkada di dalam Mahkamah Konstitusi (MK).
Dari situlah, Rano Karno ditunjuk oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) untuk menjabat sebagai Plt Gubernur Banten menggantikan Ratu Atut Chosiyah.
6. Menjadi Anggota DPR
Setelah menjalankan tanggung jawabnya sebagai Gubernur Banten hingga 2017, nama Rano Karno sempat menghilang sementara dari panggung urusan politik Indonesia. Sosoknya kembali muncul setelahnya berhasil menjadi anggota DPR Daerah Pemilihan Banten III untuk masa jabatan 2019–2024. Ini adalah adalah kali pertama Rano Karno menduduki tempat di area Legislatif.
7. Jadi Ketua TPD Ganjar-Mahfud
Menjelang pemilihan raya Presiden 2024 lalu, Rano Karno sempat ditunjuk menjadi Ketua Tim Pemenangan Daerah (TPD) untuk pasangan Ganjar Pranowo-Mahfud MD pada Provinsi Banten.
Sebelumnya, Tim Pemenangan Nasional (TPN) Ganjar-Mahfud sudah menunjuk Elang Mangkubumi sebagai Ketua Tim Pemenangan di dalam Banten. Namun, melawan pertimbangan TPN, Rano Karno kemudian menggantikan Abah Elang sebagai penasihat.